Minggu, 05 September 2010 |
0
komentar
Judul : Hafalan Shalat Delisa
Penulis : tere-liye
Penerbit : Republika
Tebal Buku : 368 Halaman
Tahun Terbit : Cetakan VIII, Juni 2008
Tujuan dari buku ini adalah untuk mengajak para pembaca untuk mencintai kehidupan juga kematian, mencintai anugerah juga musibah dan mencintai indahnya hidayah. Hikmah yang dapat diambil dari buku ini adalah jangan pernah menunda apapun karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi di hari esok. Novel ini juga mengajak pembaca untuk belajar dari kehidupan anak berusia 6 tahun yang menjalani setiap cobaan dengan penuh kesabaran. Tidak heran jika banyak orang yang menangis terharu ketika membaca buku ini.
Novel ini menceritakan tentang bacaan shalat anak berusia 6 tahun dengan latar belakang tsunami. Delisa tinggal di Lhok Nga bersama Ummi dan tiga orang kakaknya. Kak Fathimah, Kak Aisyah dan Kak Zahra. Sedangkan Abi Usman, ayah Delisa bekerja di kapal tank minyak yang berada di Kanada. Abi Usman sesekali menelepon ke Aceh di akhir pekan.
Di sekolah Delisa akan diadakan penilaian bacaan shalat. Delisa rajin menghafal bacaan shalatnya. Awalnya Delisa merasa susah untuk menghafalnya, namun setelah Kak Aisyah membuatkan Delisa jembatan keledai untuk menghafal bacaan shalat, Delisa menjadi mudah untuk menghafalnya. Apalagi setelah tahu jika dirinya berhasil menyelesaikan bacaan shalat akan mendapat hadiah dari Ummi berupa kalung emas,Delisa menjadi semangat untuk menghafal. sehari sebelum ujian berlangsung, tepatnya tanggal 25 Desember 2004, Delisa nyaris hafal seluruh bacaan shalat. Hari ujian pun tiba. Shalat subuh tadi bacaannya nyaris sempurna. Kecuali sujud, bukan ketukar, entah mengapa tiba-tiba Delisa lupa bacaan sujudnya. Delisa bersiap menuju sekolah untuk mengikuti ujian. Delisa masuk ke dalam ruangan setelah namanya dipanggil. Saat Delisa menulai shalatnya, seratus tiga puluh kilometer
dari Lhok Nga. Persis di tengah lautan luas, lantai laut retak seketika. Saat Delisa lupa akan bacaan shalatnya. Bumi bak digoyang tangan raksasa. Badan Delisa luka, seketika Delisa pingsan dan hanyut oleh arus air bah yang sangat dahsyat. Setelah tiga hari pencarian, akhirnya Delisa ditemukan disekitar semak-semak dengan badan penuh luka dalam keadaan masih hidup. Sedangkan Ummi dan ketiga orang kakaknya telah meninggal dunia. Abi Usman yang berada di Kanada setelah melihat berita di televisi langsung pergi menuju Banda Aceh. Setelah sampai di Banda Aceh, Abi Usman mencari Delisa dan menemukannya di barak penampungan. Lalu Abi Usman mengajak Delisa untuk mengawali hidup mereka setelah terjadi tsunami yang meluluhlantakkan Banda Aceh.
dari Lhok Nga. Persis di tengah lautan luas, lantai laut retak seketika. Saat Delisa lupa akan bacaan shalatnya. Bumi bak digoyang tangan raksasa. Badan Delisa luka, seketika Delisa pingsan dan hanyut oleh arus air bah yang sangat dahsyat. Setelah tiga hari pencarian, akhirnya Delisa ditemukan disekitar semak-semak dengan badan penuh luka dalam keadaan masih hidup. Sedangkan Ummi dan ketiga orang kakaknya telah meninggal dunia. Abi Usman yang berada di Kanada setelah melihat berita di televisi langsung pergi menuju Banda Aceh. Setelah sampai di Banda Aceh, Abi Usman mencari Delisa dan menemukannya di barak penampungan. Lalu Abi Usman mengajak Delisa untuk mengawali hidup mereka setelah terjadi tsunami yang meluluhlantakkan Banda Aceh.
Novel ini disajikan dengan gaya sederhana, tanpa perlu hiperbolik namun sangat menyentuh. Tere-liye berhasil menghadirkan tokoh-tokoh dan suasana dengan begitu hidup. Islami dan luar biasa. Pantas dibaca oleh siapa saja yang ingin mendapatkan pencerahan rohani. Kekurangannya karena tidak ada kata pengantar dan sinopsisnya.
Secara keseluruhan novel ini sangat menarik dan perlu dibaca. Bukan saja oleh para pelajar, tetapi juga para orang tua, ahli bahasa, para sastrawan dan juga para peminat yang lain. Karena setelah membaca novel ini, kita akan mendapat suatu pencerahan yang dapat menyadarkan kita sehingga kita menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Label:
resensi buku
0 komentar:
Posting Komentar