Minggu, 12 Desember 2010 |
0
komentar
Nifa, Rify, Rira dan Zata, sudah sahabatan sejak mereka sama-sama duduk di bangku 1 SMA. Meski persahabatan mereka masih seumuran jagung, tapi jangan tanya keakraban mereka.
Sekarang, Nifa dan Rira duduk sebangku di kelas 3 IPA 2. Sedangkan Rify dan Zata di kelas 3 IPS 2. Walaupun mereka berbeda kelas, namun itu tak mengurangi intensitas mareka untuk beretemu.
Yang memiliki penampilan paling unik di antara keempatnya adalah Zata Azzura yang memiliki panggilan kesayangan Zata. Zata adalah orang yang paling sabar di antara mereka. Selain sabar, Zata juga baik hati dan bisa dipercaya, pokoknya ‘the best’ deh. Karena sifatnya itu, Zata jadi penasehat dalam masalah-masalah yang dialami oleh teman-temannya. Tak jarang juga, Zata jadi tempat curhat bagi mereka. Walaupun Zata sering ‘tulalit’, mereka tetap memakluminya kok.
Yang kedua adalah Rira Anastasya, panggilannya Rira. Rira adalah orang yang gampang tersinggung, suka jahil, pokoknya nyebelin deh. Tapi di balik keburukannya, dia juga baik hati dan juga ‘smart’. Dia pernah dapet ranking 5 besar waktu kelas 2 SMA.
Selanjutnya adalah sahabat yang paling dekat dengan Rira. Dia adalah Rify Amanda Lubis yang memiliki panggilan kesayangan Rify. Sifat Rify nggak berbeda jauh dengan Rira. Bedanya, Rify lebih childish dibandingkan dengan Rira. Rify juga orangnya plin-plan jadi dia gampang terpengaruh dengan orang lain. Di balik sifatnya yang buruk, Rify orangnya supel, ceria, dan terbuka. Dia selalu cerita masalah yang dia hadapi dengan orang yang dia percaya.
And the last. Nifa Azalea, biasa dipanggil Nifa. Nifa orangnya sensitif. Jadi jangan sekali-kali buat Nifa marah, soalnya Nifa kalau ngambek lama. Selain itu dia adalah orang yang paling ‘childish’ di antara mereka. Di balik kekanak-kanakannya, Nifa adalah orang yang penyayang. Sekali dia sayang sama orang lain, dia akan melakukan apa saja buat orang itu.
--------(^_^)--------
Dalam menjalani persahabatan mereka yang masih seumuran jagung, mereka juga melewati berbagai kejadian yang bisa buat ketawa, nangis, bahkan marah, pokoknya macem-macem deh.
Nah, yang satu ini termasuk kejadian yang buat mereka kompakan nangis. Kejadian ini terjadi waktu mereka naik ke kelas 3. Waktu itu mereka menantikan pengumuman pembagian kelas baru mereka. Mereka berharap kelas baru mereka akan sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Namun kenyataan berkata lain. Kelas baru mereka sama seperti waktu kelas 2 dan itu membuat mereka sedih dan akhirnya nangis. Mereka nggak suka sama kelasnya sekarang, apalagi sama wali kelasnya yang waktu itu lagi nyebelin banget.
Beruntungnya perasaan itu nggak bertahan lama. Dengan segenap ketulusan dan keikhlasan untuk menerima segalanya, akhirnya mereka bisa bersikap biasa aja. Meski harus memendam perasaan kangen sama seluruh keadaan waktu kelas satu.
--------(^_^)--------
Hari-hari berjalan seperti biasa. Tetap dengan rutinitas yang biasa mereka jalani. Mulai dari sekolah yang menyajikan menu special buat mereka berupa soal-soal latihan UNAS sampai kegiatan keagamaan. Pokoknya padat banget.
Tapi namanya juga hidup, semua nggak selalu berjalan lurus sesuai keinginan kita. Seperti yang dialami oleh empat sekawan ini. Pasti ada aja masalah yang mereka hadapi. Satu masalah selesai, muncul masalah baru. Apalagi kalo masalah yang dihadapi gara-gara salah paham.
Di antara keempatnya, hanya dua orang yang sering salah paham. Siapa lagi kalau bukan Rira dan Rify. Dari masalah kecil sampe masalah besar. Sekali salah paham, biasanya langsung baikan. Nanti salah paham lagi, baikan lagi. Selalu kayak gitu.
Dulu juga waktu minggu Ujian Kenaikan Kelas, Rira dan Rify jarang ngomong. Nggak cuma sahabat mereka aja yang ngrasain. Tapi temen-temen mereka yang lain pun juga ikut merasakan hal yang sama. Mereka nggak tau penyebab kedua sahabat itu jadi kayak musuhan. Karena Nifa penasaran dan kesal melihat kedua sahabatnya menjadi musuh, tanpa ba-bi-bu lagi, Nifa langsung mendatangi Rira di kelasnya.
Di dalam kelas, Nifa menemukan Rira yang sedang membaca novel. Tanpa banyak basa-basi, Nifa langsung to the point ke arah masalah.
“Kamu marah sama Rify?" Tanya Nifa pada saat itu.
“Nggak kok,” Rira berkutik.
“Jujur aja lagi. Kalo kamu emang marah sama Rify, bilang aja terus terang.” Tanya Nifa yang masih meragukan jawaban Rira.
“Aku beneran nggak marah sama dia kok,” Jawab Rira berusaha meyakinkan.
“Lisanmu bisa bohong, tapi sorot mata mu enggak,” Nifa tau kelemahan Rira.
“Ya deh, aku jujur. Sebenernya aku nggak marah tapi kayaknya ada yang marah sama aku,” Jawab Rira jujur.
“Ha? Marah? Siapa?” Tanya Nifa dengan penuh tanda Tanya.
“Rify,” Jawab Rira singkat.
“Kok bisa? Bukannya kamu yang marah sama Rify?” Nifa masih bingung.
“Nggak kok,” Jawab Rira dengan penuh kepolosan.
“Wah, kalian salah paham lagi nih!” Kata Nifa yang mengetahui titik masalah.
“Salah paham? Kok bisa?” Gantian Rira yang bingung.
“Ya bisa lah. Secara kalo kamu ketemu dia, pasti wajahmu jutek gitu,” Jawab Nifa dengan penuh keyakinan.
Jawaban Nifa seakan menutup percakapan mereka. Disusul dengan datangnya wali kelas mereka yang nyebelin.
--------(^_^)--------
Nifa berhasil mengorek penjelasan dari Rira. Ternyata penyebab mereka jauhan cuma gara-gara masalah sepele yang berujung pada kesalahpahaman. Alhasil, esoknya mereka memutuskan untuk menyelesaikan masalah mereka. Semua berawal dari Rira.
“Fy, kamu marah sama aku?” Tanya Rira to the point mengawali percakapan.
“Nggak kok. Aku malah ngiranya kamu yang marah sama aku,” Jawab Rify dengan santai.
“Kok kamu bisa nyimpulin kayak gitu?” Rira masih bingung.
“Ya habisnya kamu sering tampang muka jutek ke aku,” Jawab Rify berusaha meyakinkan.
“Emang kamu enggak?” Rira nggak mau kalah.
“Nggak tuh, biasa-biasa aja,” Jawab Rify dengan watados.
“Iyakah?” Tanya Rira.
“Ya udah. Daripada kita sama-sama bingung, lebih baik kita baikan aja…,” Jawab Rify mengambil jalan keluar.
“Oke…..,” Jawab Rira yang disambut dengan senyum keduanya.
Mereka pun bersahabat lagi. Tapi nggak jarang juga mereka bakal ngulangin hal yang sama. Sampai-sampai akhirnya pun sama. Baikan lagi. Marahan lagi. Putus nyambung deh!
--------(^_^)--------
Suatu hari yang nggak diinginkan pun terjadi. Tiba-tiba........
BLAMMM!!
…membanting pintu
“Sebel…Sebel…Sebel!” teriak Rify.
Buk!
Rify langsung melempar tasnya ke lantai. Dengan perasaan yang nggak menentu, Rify langsung menjatuhkan tasnya ke kasur. Sambil menerawang langit, Rify mengingat-ingat kejadian yang baru saja dialaminya. Tak terasa air matanya luluh membasahi wajahnya.
Tak diragukan lagi. Kejadian ini bagi Rify adalah kejadian yang sangat menyakitkan dalam hidupnya dan akan sulit untuk dilupakan. Tak disangka, sahabat yang selama ini paling dekat dengannya telah mengkhianatinya.
Rira, dialah orangnya. Tanpa sepengetahuan Rira, ternyata Rify juga menyukai Dafa. Orang yang juga disukai Rira. Dafa adalah anak kelas 3 IPS 1. Dia murid baru pindahan dari Bandung. Baru masuk aja, semua mata tertuju padanya. Bukan hanya karena dia murid baru. Tapi terlebih karena perawakannya yang kelihatan perfect. Tinggi, putih, baik, pokoknya perfect deh. Apalagi senyuman mautnya, bisa buat hati cewek luluh.
Langsung saja, Dafa jadi topik hangat yang sering dibicarakan para cewek akhir-akhir ini. Ternyata selain tampan, Dafa juga smart. Nggak perlu waktu lama untuk membuat hati para cewek meleleh. Baru sehari masuk aja, udah banyak yang suka.
Nggak terkecuali buat buat empat sekawan. Emang sih, nggak keempat-empatnya suka. Tapi hanya dua orang. Siapa lagi kalau bukan Rify dan Rira. Mereka sama-sama suka Dafa tapi mereka nggak saling tahu.
Yang pertama suka adalah Rify. Rify hanya menceritakannya pada Zata dan Nifa. Karena mungkin Rify malu mengakuinya pada Rira. Dia hanya menyimpan perasaannya.
Sampai pada suatu hari. Rira menceritakan perasaannya pada ketiga temannya. Mereka pun hanya merespon seperti biasa sambil bersitatap satu sama lain. Tanpa watados, Rira tetap melanjutkan ceritanya. Dia tidak melihat perubahan air muka pada ketiga sahabatnya.
Setelah Rira selesai bercerita. Mereka mengalihkan topik pembicaraan. Rira masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Hari-hari yang dilalui mereka masih seperti biasa. Tak tampak aura permusuhan di antara mereka.
Hari itu pun datang. Satu per satu dari mereka pecah. Mereka sudah tidak bersama seperti biasa. Berbulan-bulan mereka lalui dengan penuh kebisuan. Rira tak mengerti kenapa tiba-tiba temannya menjauh darinya.
Rasa penasaran pun menjadi ketika Rify berteman dengan orang lain. Mereka adalah Sifa, Putri dan Diya. Rira sebenarnya tidak suka melihat mereka bersama. Ada perasaan iri dalam hatinya. Rira rindu saat-saat mereka bersama dulu.
--------(^_^)--------
Saat Rira duduk di bangkunya. Tak sengaja dia melihat sepucuk surat berwarna ungu dengan motif polkadot warna biru tergeletak dilacinya. Rasa penasaran pun seketika menyelimutinya. Tak sabar dia membuka surat itu.
Assalamu’alaikum wr. wb.
My beloved friend,
Maaf kalau aku tiba-tiba menulis surat ini padamu. Aku menulis surat ini karena ada sesuatu yang ingin aku tanyakan padamu. Sudah lama aku menyimpan pertanyaan ini. Menunggu waktu yang tepat untuk mengutarakannya padamu. Mungkin ini adalah saat yang tepat untuk mengungkap semuanya.
Sejujurnya aku bingung kenapa selama ini kamu menjauh dari ku ? Apakah kamu marah denganku ? Apakah aku mengecewakanmu ?
Andai saja kamu tahu bahwa aku benar-benar merasa kehilangan. Aku rindu sekali pada Rira Anastasya, sahabat ku yang pintar dan galak. Aku ingin kembali berbicara panjang lebar denganmu. Berbagi keluh dan kesah, canda serta tawa.
Sejujurnya aku malu untuk mengakui ini semua. Tapi percuma saja aku menyembunyikan semua ini darimu karena lambat laun kamu pasti akan menyadarinya.
Sudah sejak lama, jauh sebelum kamu merasakannya. Aku telah lama jatuh cinta pada Dafa dan aku pun tahu kamu juga memiliki perasaan yang sama denganku. Semuanya sudah jelas. Nggak ada yang perlu di tutup-tutupi lagi. Aku pun tak dapat memungkiri kalau aku sakit menerima kenyataaan ini.
Maaf kalau kenyataannya aku nggak sanggup jadi sahabat sejati. Sahabat yang selalu setia, selalu ada di saat kamu butuh ataupun nggak. Selalu mengerti apa yang kamu rasakan . Walau mungkin sulit bagimu tuk menerimaku kembali namun aku kan selalu mencintaimu karena Allah. Engkau sahabat terbaikku.
Salam Sayang
Rify Amanda Lubis
Air matanya luluh membasahi seluruh wajahnya. Hatinya sakit membaca surat dari Rify. Rira juga sakit menerima kenyataan ini.
“Aku juga menyayangimu karena Allah Rify,” kata Rira hanya dalam hati.
Rira menyesal akan segala perbuatannya. Namun penyesalan pun terlambat, ia tak akan bisa mengubah semuanya untuk berjalan seperti semula. Rira hanya bisa berharap semoga surat yang akan ditulisnya dapat menuntaskan segala kesalahpahaman ini
“Bismillahirrahmanirrahim...,”
Diambilnya secarik kertas. Ditulisnya kata per kata dengan penuh perasaan. Dia tak ingin menyakiti hati sahabatnya.
--------(^_^)--------
Wa’alaikumsalam wr. wb.
Rify tersayang,
Maafkan aku sebelumnya. Aku bukan bermaksud menjauh darimu. Aku hanya kecewa dengan segala perubahan yang telah kamu lakukan. Sifatmu juga ikut berubah dan akhirnya sikapmu ke aku jadi berubah. Setiap waktumu selalu habis untuk mereka. Aku seperti tak ada artinya untukmu.
Aku kehilangan seorang sahabat yang selalu mengerti aku. Selalu ada di saat aku butuh. Selalu ceria di sepanjang hari. Aku rindu sekali pada sahabatku yang manis dan childish. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu.
Rify, aku rasa ada momen dalam kehidupan setiap orang dimana seseorang ingin kembali ke masa itu. Entah untuk memperbaiki sesuatu, atau untuk mengubah pilihan, atau untuk mengulang keindahan. Tapi tentu saja sesuatu yang telah terjadi tak akan dapat diubah lagi. Karena itu adalah bagian dari takdir. Bagian dari proses kita menuju diri yang sekarang.
Sejujurnya aku butuh kamu. Kamu orang yang berarti dalam hidupku. Tanpamu, aku takkan pernah mengerti arti sahabat untuk selamanya. Takkan pernah mengerti arti kehilangan, pengorbanan, kesetiaan, kejujuran, dan cinta.
Kamu yang ngajarin itu semua secara nggak langsung ke aku waktu kita diem-dieman, waktu kita nggak saling nyapa, waktu kita jutek-jutekan. Di situ, aku mengerti arti kata itu…
Rify, aku juga menyayangimu karena Allah.
My best friend........ I need your smile
Salam Seribu Sayang
Rira Anastasya
Rify membaca surat dari Rira dengan perasaan yang tak menentu. Dibacanya kata per kata dengan penuh perasaan. Tak perlu menunggu waktu lama untuk membuat wajahnya basah. Seketika wajahnya telah dipenuhi dengan bulir-bulir air mata.
Sedih, senang, haru dan kecewa bercampur menjadi satu. Dia tak kuat menahan segalanya. Sekarang hatinya sedang kacau, dia bingung apa yang harus dia lakukan.
Akhirnya dia memutuskan untuk bercerita kepada Zata. Betapapun pribadinya, betapapun sulitnya, Rify harus menceritakannya. Harus !
--------(^_^)--------
Malam ini rembulan bersinar terang benderang. Indah menghiasi langit malam yang gelap gulita. Namun tak seterang hati Rify. Di sebuah kamar suatu kos-kosan,terdengar suara orang menangis tersedu-sedu. Suara tangisan Rify. Dia sedang menceritakan segala hal yang membebani pikirannya kepada Zata.
Zata mendengarkannya dengan penuh perhatian. Dia berusaha menjadi pendengar yang baik sambil menenangkan Rify yang mulai tersedu lagi. Rify melanjutkan ceritanya.
“Gitu ceritanya...,” kata Rify setelah selesai mengungkap semua isi hatinya.
“Ooo........,” jawab Zata sebagai pendengar yang baik.
“Sebenarnya aku mau minta maaf sama Rira,tapi…,” kata Rira sengaja membuat Zata penasaran.
“Tapi apa?” Tanya Zata dengan penuh antusias.
“Tapi aku takut kalau dia nggak mau maafin aku,” jawab Rify dengan wajah lesu.
“Jangan negative thinking dulu sebelum kamu mencoba,” kata Zata mencoba menasehati.
“Terus aku harus gimana?” Tanya Rify meminta pendapat.
“Ya minta maaf lah!” Jawab Zata enteng.
“Insya Allah aku coba deh,”
--------(^_^)--------
Zata kembali ke kamarnya. Dia lelah ingin istirahat. Tiba-tiba Rira datang dan ingin menceritakan segala rasa yang bergejolak di dadanya. Seperti apa yang dilakukan Rify. Zata mendengarkannya dengan seksama. Dia mencoba mengusir segala rasa kantuknya. Dia mendengarkan curahan hati Rira dengan ekspresi yang tak kalah serius saat mendengarkan curhatan Rify. Setelah Rira selesai bercerita, Zata langsung menanggapi.
“Sebenernya kalian itu sama aja,”
“Sama aja gimana?” Tanya Rira dengan penuh tanda Tanya.
“Kalian itu sama-sama pingin baikan lagi kayak dulu,tapi…,” Zata sengaja memotong.
“Tapi apa?”
“Tapi kalian gengsi buat buat nglakuin,”
“Iyakah?”
“Iya,” kata Zata meyakinkan.
“Terus aku harus gimana?”
“Ya kamu buang jauh-jauh rasa gengsi itu,”
“Berarti aku harus minta maaf sama Rify, dong…,”
“Ya iyalah!”
“Mmm, Insya Allah aku coba deh!”
--------(^_^)--------
Setelah sesi curhat-curhatan, mereka pun mulai mencoba menguasai diri mereka. Mereka hilangkan segala rasa gengsi itu. Walaupun berat, tapi mereka mulai mencoba. Tahapan demi tahapan mereka lewati. Banyak rintangan yang menghadang di tengah jalan. Segala usaha dikerahkan untuk melawannya. Akhirnya usaha mereka membuahkan hasil dengan luluhnya benteng di hati mereka.
Mereka mulai berkomunikasi lagi. Meski tidak secara tatap muka, namun mereka berkomunikasi melalui surat menyurat. Sama seperti dulu mereka mengungkapkan isi hati mereka satu sama lain. Uniknya, kali ini mereka membalas suratnya dengan potongan lirik lagu.
28 September 2010…..
Rify : Lupakanlah saja semua kisah ini dan jangan kau tangisi lagi,,
Sekalipun aku takkan pernah mencoba kembali padamu,,
Sejuta kata maaf terasa kan percuma…
Karena rasa itu tlah mati untuk menyadarinya…
Rira : Ku ingin marah melampiaskan…
Tapi ku hanyalah sendiri di sini
Ingin ku tunjukkan..
Pada sipa saja yang ada
Bahwa hatiku… KECEWA!!
Rify : When you’re gone
The pieces of my heart
When you’re gone
The face I can to know is a missing to..
And when you’re gone
The world I need to hear to always get me througt
The day and make it okay
I miss you…!
Rira : Did you think that I was gonna give it up to you
This time ia ia
Did you think that I was something I was gonna
Do… and cry…
Don’t try to tell me what to do !
Don’t cry to tell me what you say !
You better off that way
Rify : Ku ingin kau tahu isi hati ku
Kaulah yang terakhir dalam hidup ku
Tak ada yang lain hanya kamu
Tak pernah ada.. Tak kan pernah ada…
29 September 2010…..
Rira : Sungguh ku sesali.. Nyata cintamu kasih…
Tak pernah terbaca hati ku.. Malah terabai oleh ku…
Rify : Jika kau dan aku jalannya telah berbeda
Haruskah kita berharap langit kan beri jawaban..
Walau hanya satu kata penuh makna
Pastikan kita bisa dengarkan suara hati
Kau dan aku selalu untuk selamanya…
Kau dan aku selalu untuk bersama…
Rira : Aku yang tak pernah bisa lupakan dirinya..
Yang kini hadir diantara kita..
Namun ku juga takkan bisa menepis bayangmu
Yang slama ini temani hidup ku…
Rify : Maafkanlah bila ku selalu membuatmu marah dan benci pada ku
Ku lakukan itu semua… Hanya untuk buatmu bahagia..
Mungkin ku cuma tak bisa pahami
Bagaimana cara tunjukkan maksud ku.. Aku cuma ingin jadi terbaik untukmu…!
Rira : Kau membuat ku merasa hebat, karena..
Hanya karena,, karena cinta…
Kau beri padaku setulusnya…
Buat ku slalu merasa berarti !
Rify : That should be me
Holding you’re hand
That should be me
Making you’re lought
That should it is so sad
That should be me, that should be me
That should be me buying you’re gift
It is so wrong I can’t go want
Till you believe
THAT SHOULD BE ME !!
Rira : Keep holding on
Coz you know we’ll make it through we’ll make it througt just stay strong
Coz you know I’m here for you, I’m here for you
There’s nothing you can say nothing you can do
There’s no other way when it comes to the truth
So keep holding on
Coz you know we’ll make it througt just stay strong
Rify : This innoncent is brilliant
I hope that it will we stay
This moment is perfect
Please don’t go away
I need you know !
Walaupun nggak berlangsung lama, tapi itu sangat berkesan buat mereka. Setelah sekian bulan putus komunikasi, akhirnya mereka kembali lagi bersahabat. Meski tidak sama seperti dulu, namun mereka sudah malewati masa-masa suram terdahulu.
Sekarang ada sebuah ‘benteng’ yang menghalangi mereka. Benteng itu dinamakan perbedaan. Dunia mereka sekarang telah berbeda. Rira tetap dengan dunianya sedangkan Rify dengan dunia barunya. Rify sekarang berteman dengan Sifa, Putri dan Diya. Mereka selalu bersama dan membuat segalanya berubah.
Awalnya Rira memang nggak suka dengan pertemanan mereka. Tapi setelah di pikir-pikir, ini kan negara bebas. Setiap orang bebas melakukan hak-hak mereka, termasuk memilih teman.
--------(^_^)--------
Memang kembalinya mereka bersahabat belum dilakukan secara resmi. Tak ada kata maaaf yang terucap dari bibir keduanya. Mereka memaafkan hanya lewat hati ke hati. Mereka saling mengerti, namun mereka pintar menyembunyikan.
Mereka tetap bersahabat meski kehidupan yang mereka jalani telah berbeda. Mereka bersahabat meski sedikit sekali berkomunikasi. Mereka tetap menjaga persahabatan mereka sampai kapan pun. Rira akan selalu mengingat lagu yang katanya ‘Rify banget’.
Mungkin ini memang jalan takdir ku
Mengagumi tanpa dicintai
Tak mengapa bagi ku..
Mencitaimu pun adalah bahagia untuk ku…
Bahagia untuk ku…
Label:
cerpen
0 komentar:
Posting Komentar